Kamis, 31 Mei 2012

Budaya Jawa yang Kaya Akan Manfaat



       Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
Budaya Jawa merupakan budaya suku bangsa yang telah dikenal oleh dunia sebagai budaya adiluhung yang diperhitungkan dunia. Budaya Jawa telah memberikan sekian banyak corak dan warna budaya di Indonesia. Beberapa produk karya cipta otak manusia Jawa berupa bangunan, lukisan, ukiran, patung, tarian, masakan, bahasa dan tulisan adalah bukti peninggalan cipta otak Jawa. Bahkan, ada yang telah mendapatkan pengakuan secara internasional.
Budaya diciptakan oleh otak-otak manusia sesuai dengan tingkatannya. Manusia Jawa terlahir sebagai manusia dengan daya cipta yang luar biasa. Lihat saja struktur bangunan Borobudur, tingkatan bahasa, struktur masyarakat, sosial dan tatanegara, keraton, cara berbusana dan musik, semua hal yang komplek dan rumit yang tidak akan tercipta tanpa modal otak yang cerdas.
Apa yang pernah dicapai para leluhur Jawa adalah pencapaian kebudayaan yang sangat cerdas dan inovatif. Hampir dipastikan semua aspek kehidupan orang Jawa mempunyai aspek keteraturan, keindahan dan keanggunan. Bagi penulis kegemilangan budaya Jawa tidak hanya berkaitan dengan masa lalu namun juga masa kini dan bahkan masa depan.
Warisan leluhur Jawa yang diurai dalam perspektif medis misalnya tarian Jawa klasik yang umumnya dikenal sebagai tarian yang lamban dan tidak dinamis, gerakan tarian ini dapat menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan bila mana otak kanan terserang stroke, manfaat karawitan (alat musik Jawa) untuk mengembalikan fungsi otak bagi penyakit stroke, pentingnya huruf Jawa HaNaCaRaKa untuk mengaktifkaan dan merehabiitasi otak, corak dan warna batik, ragam puasa orang Jawa, hingga pernak-pernik Jawa dari mulai wewangian hingga jajanan pasar yang mempunyai sisi tinjau medis bagi kesehatan.
Anggapan sebelah mata bagi sebagian besar orang yang meremehkan warisan leluhur Jawa pun akan terpatahkan. Banyak nilai dan semangat hidup yang bisa dipetik dan dirasakan dengan melestarikan budaya Jawa yang sangat adiluhung dan proposional. Terbukti orang Jawa telah berhasil menciptakan karya spektakuler seperti candi Borobudur, Prambanan, aneka prasasti, serat centini, serat pangracutan, aneka tembang dan musik Jawa dan masih banyak lagi.
Semua tidak akan mungkin tanpa adanya alat perangsang kreatifitas otak kanan yang ampuh dan tidak dapat dipungkiri bahwa huruf Jawa adalah salah satu alat perangsang kreatifitas otak kanan yang handal. Budaya Jawa yang adiluhung memang layak dan harus dilestarikan, khusunya orang Jawa yang tidak melupakan seni dan budayanya. Kebudayaan Jawa telah memberikan sumbangsih yang sangat penting bagi dunia kesehatan.
Suku Jawa adalah salah satu suku bangsa yang mempunyai aksara yang digunakan sebagai bahasa tulis sebelum aksara latin (ABCD, dst) masuk ke Indonesia. Aksara Jawa yang menurut legenda diciptakan oleh Prabu Ajisaka dariMedang Kamulan (sementara bukti sejarah yang otentik tentang awal mula aksara jawa masih simpang siur) ini berjumlah duapuluh, yang ditulis empat baris dengan lima aksara di tiap barisnya. Terlepas dari cerita-cerita yang meyelimutinya, aksara jawa sesungguhnya mempunyai nilai yang sangat tinggi, baik itu nilai secara estetis (sastra) maupun nilai spiritual sebagai ajaran budi pekerti luhur pada manusia.
Nilai-nilai tersebut bukan hanya ketika aksara-aksara tersebut telah tersusun menjadi sebuah kalimat yang utuh, akan tetapi, aksara jawa telah mempunyai makna bahkan sejak masih berupa aksara tunggal (belum bergabung dengan aksara lain dan membentuk suatu kata, atau kalimat). Sebagai contoh, “Ha Na Ca Ra Ka” sering diartikan sebagai “Ada sebuah cerita”, dan seterusnya. Itu hanyalah segelintir contoh betapa Aksara ini mempunyai dua makna sekaligus seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu nilai sastra (estetis) dan spiritual.
Aksara jawa yang pertama, yaitu “Ha”. Sebenarnya artikel mengenai makna aksara jawa per huruf telah banyak tersebar di berbagai blog ataupun website, sehingga ulasan ini mungkin bisa dikatakan sebagai pelengkap dari apa yang sudah ada, dengan perbedaa-perbedaan dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Aksara Jawa dimulai dengan aksara yang berbunyi “Ha”. Aksara “Ha” berarti “Hurip” (baca:urip) yang berarti “Hidup”. Hal ini secara tidak langsung mengingatkan pada manusia mengenai hakikat hidup, dari siapa manusia hidup dan untuk apa manusia hidup. Manusia hidup karena adanya Tuhan, orang jawa menyebut Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Sang Pencipta. Sang Pencipta kehidupan, pencipta “Hurip”.
Makna di atas bisa dikatakan sebagai nilai spiritual, karena mengandung hubungan manusia dengan sang Pencipta. Sementara aksara “Ha” dapat dipanjangkan menjadi sebuah kalimat yang mengadung unsur estetika sekaligus unsur spiritual, yaitu “Hana hurip wening suci”. Kalimat tersebut bisa diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia menjadi, “Ada kehidupan yang tulus dan suci”. Jika diamati, kalimat tersebut mempunyai pengucapan yang sesuai, luwes dan terkesan tidak dipaksakan. Secara keseluruhan, kalimat “Hana hurip wening suci” menggambarkan bahwa kehidupan yang tulus dan suci adalah kehidupan yang seharusnya ada di dunia ini, bukan kehidupan yang penuh dengan rasa was-was, kebohongan, tipu muslihat, dan apa yang ada di negeri ini sekarang.
Apabila dibongkar lagi, kalimat itu bisa merupakan kombinasi dari berbagai kata yang mempunyai makna yang berbeda, meskipun tidak semua kata. Sebagai contoh, kata “wening” bisa jadi merupakan gabungan dari kata “welas” dan “hening”. Akan tetapi, karena unsur estetika, kedua kata tersebut akhirnya digabungkan menjadi “wening”. Kasus ini sama dengan kata “ningrum”, yang merupakan kombinasi dari “wening” dan “harum”. Jadi, kata “wening” di sini mempunyai beberapa arti, disamping arti sebenarnya.
Jadi, inti dari huruf “Ha”, adalah bagaimana manusia menyadari tentang kehidupan. Bahwa kehidupan itu nyata, dan kehidupan itu ada karena ada yang memberi hidup, yaitu Sang Pencipta. Dengan menyadari itu, manusia bisa bertingkah laku yang baik, tulus, dan berusaha menjadi manusia yang wening dan suci, karena pada awalnya, manusia dihidupkan oleh Tuhan dalam keadaan suci, maka manusia harus menjadi suci ketika seba ke hadapan Sang Pemberi Hidup.

Sumber Referensi :
www.google.com
www.yahoo.com
www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar